Kamis, 06 Februari 2014

Tes dan Diagnosis Untuk Kanker Serviks

Para medis bisa menggunakan beberapa cara untuk mendeteksi kanker serviks yang diderita wanita. Awalnya, untuk pemeriksaan biasa, wanita bisa melakukan screening. Kemudian jika mengalami gejala tertentu, dokter akan menyarankan wanita untuk dites dan mendiagnosis mereka dari hasil pemeriksaan tersebut.

Sementara yang terakhir, jika wanita memang positif terkena kanker serviks, mereka tetap perlu melakukan pemeriksaan untuk mengetahui sejauh mana kanker sudah menyebar. Simak selengkapnya penjelasan tentang tes dan diagnosis untuk kanker serviks selengkapnya seperti yang dilansir dari Mayo Clinic berikut ini.

ScreeningScreening ini adalah salah satu cara menurunkan risiko kematian akibat kanker serviks. Sebab semakin cepat kanker terdeteksi, semakin besar kesempatan untuk bertahan hidup. Screening pada kanker serviks meliputi:
  • Tes Pap. Selama tes ini, dokter mengambil sampel dari serviks wanita kemudian dianalisis apakah ada ketidaknormalan sel di dalamnya.
  • Tes DNA HPV. Untuk wanita berusia 30 tahun ke atas, dokter terkadang juga melakukan tes ini. Tujuannya adalah memastikan apakah wanita terinfeksi HPV atau tidak. Sebab wanita dengan HPV lebih berisiko tinggi terkena kanker serviks.

Diagnosis
Ketika wanita mengalami beberapa gejala dari kanker serviks dan hasil tes Pap menunjukkan adanya sel yang berbahaya, beberapa pemeriksaan perlu dilakukan kembali.
  • Memeriksa leher rahim. Dengan alat bernama colposcopy, dokter akan memeriksa leher rahim untuk memantau kondisi sel yang tidak normal.
  • Mengambil sampel kecil. Jika informasi yang diperoleh dari pemeriksaan colposcopy kurang lengkap, dokter kemudian akan mengambil sampel dari sel di leher rahim.
  • Mengambil sampel besar. Pemeriksaan selanjutnya mengharuskan dokter untuk mengambil sampel dalam jumlah lebih besar. Terkadang mereka menggunakan pisau bedah atau laser untuk mengiris jaringan pada leher rahim.

Stadium
Ketika dokter sudah mendiagnosis bahwa seorang wanita positif terkena kanker serviks, kali ini perlu diadakan tes lagi untuk mengetahui seberapa jauh kanker sudah menyebar. Pemeriksaan berdasarkan stadium kanker meliputi:
  • Tes pencitraan. Beberapa jenis tes pencitraan adalah sinar X, scan CT, MRI, dan PET untuk mengetahui seberapa banyak kanker menyebar di leher rahim.
  • Pemeriksaan di kandung kemih dan rektum. Dokter akan menggunakan alat khusus untuk memeriksa kedua bagian tubuh tersebut.
     
Hasil rontgen kanker serviks 
Stadium pada kanker serviks biasanya diindikasikan dengan angka Romawi. Berikut penjelasannya.
  • Stadium I. Kanker sudah menyerang serviks.
  • Stadium II. Kanker menyerang serviks dan vagina tetapi belum menyebar sampai dinding panggul atau vagina bagian bawah.
  • Stadium III. Kanker mulai menggerogoti serviks, dinding panggul, dan vagina bagian bawah.
  • Stadium IV. Kanker sudah mendekati organ terdekat, seperti kandung kemih atau rektum sampai paru-paru, hati, dan tulang.
Itulah penjelasan mengenai tes dan diagnosis untuk kanker serviks. Jangan ragu melakukan pemeriksaan demi mendapatkan penanganan secara tepat dan maksimal
sumber : http://www.merdeka.com

Terlalu Banyak Minum Teh Sebabkan Kelainan Aneh Pada Tulang

Seorang wanita berusia 47 tahun dari Michigan, Amerika Serikat, mengidap kelainan tulang yang sangat langka akibat kebiasannya meminum satu poci besar teh, menggunakan seratus kantung teh, setiap hari selama 17 tahun.

Wanita ini memeriksakan diri ke dokter setelah merasakan sakit di punggung bagian bawah, lengan, kaki, dan pinggul. Rasa sakit ini sudah ia alami selama lima tahun terakhir.
"Hasil foto X-ray menunjukkan beberapa area tulang belakangnya mengalami pengerasan, dan ligamen otot lengannya mengalami pengapuran," ujar dr. Sudhaker D. Rao, dokter spesialis endokrinologi dan metabolisme tulang dan mineral di Henry Ford Hospital.
 
Para peneliti menduga wanita ini menderita skeletal fluorosis, penyakit tulang yang disebabkan oleh terlalu banyak mengonsumsi fluoride (mineral yang ditemukan pada teh dan air mineral). Kesimpulan ini diambil setelah hasi tes menunjukkan kandungan fluoride dalam dalam wanita ini empat kali lebih banyak dibanding manusia normal.

Sketelal fluorisis adalah kondisi yang cukup umum di beberapa negara di dunia yang kandungan fluoride dalam air minumnya tergolong tinggi, misalnya di India dan China. Namun di negara-negara Eropa dan Amerika Utara, hal ini jarang ditemukan.

Dokter Rao menjelaskan, pasien wanita tersebut dirujuk untuk berobat kepadanya karena dokternya yang terdahulu menduga ia terserang kanker. Pengerasan tulang yang terlihat dalam hasil rontgen-nya memang mirip dengan hasil rontgen penderita kanker tulang. Namun karena Dokter Rao sudah beberapa kali melihat wujud tulang penderita skeletal fluorisis di negara kelahirannya, India, "aku bisa langsung mengenalinya saat itu juga," ujarnya.

Dokter Rai juga menjelaskan, kelebihan fluoride dalam tubuh biasanya langsung dibuang dengan bantuan ginjal. Namun jika seseorang mengonsumsi fluoride dalam jumlah yang sangat banyak, seperti yang dilakukan wanita ini selama 17 tahun dalam jumlah besar, fluoride dalam tubuh akan mengkristal dan menyatu dengan tulang.

Sebelumnya pernah ditemukan pula kasus skeletal fluorisis di Amerika Serikat. Umumnya dialami oleh orang-orang yang meminum teh sebanyak satu galon dalam sehari. Dokter Rao dan para koleganya menganjurkan para pasien skeletal fluorisis untuk berhenti minum teh, dan kondisi tulang mereka pun perlahan membaik.

Penumpulan fluoride dalam tubuh perlahan-lahan akan terbuang saat tulang memperbaiki dirinya sendiri (sebuah proses yang rutin terjadi dalam tubuh kita).


Copyright 2013 MyHealthNewsDaily, a TechMediaNetwork company. All rights reserved. This material may not be published, broadcast, rewritten or redistributed.

Sang Penemu Alat - Alat Canggih

Ini adalah Sang Penemu alat-alat canggih dalam dunia kesehatan yang berkaitan dengan radiasi...


1. Robert S. Ledley (1926-sekarang) : Sang Penemu Mesin CT Scanner


2.  Dr. Raymond Damadian: Sang Penemu MRI (magnetic resnonance imaging)


3. Wilhelm Conrad Rontgen: Sang Penemu Sinar-X

4. Lazzaro Spallanzani: Sang penemu alat USG (ultra Sono Grafi)
sumber : pib2.files.wordpress.com

Bone Mineral Densitometry (BMD)

Kepadatan mineral tulang (bone mineral density/BMD) adalah ukuran gram mineral (kalsium) per wilayah dan sering digunakan sebagai ukuran tidak langsung untuk kekuatan tulang (karena fakta saat ini belum ada ukuran yang akurat dari kekuatan tulang secara keseluruhan).


Angka BMD dihitung diukur dalam studi densitometri, biasanya dalam unit gram per sentimeter persegi dan paling sering dibandingkan dengan referensi nilai-nilai populasi.



Salah satu contoh indikasi pemeriksaan BMD : 
Apa itu Osteoporosis ?
Menurut WHO, Badan Kesehatan Dunia, osteoporosis adalah penurunan densitas tulang, kerusakan arsitektur tulang dan meluasnya kerapuhan tulang


Apa penyebab Osteoporosis ?
  • Massa tulang puncak yang memadai tidak tercapai
  • Ketidakseimbangan pada proses remodeling tulang
  • Resorpsi / penyerapan tulang lebih besar dari pembentukkan


Bagaimana gejalanya ?
  • Patah tulang
  • Tulang punggung yang semakin membungkuk
  • Berkurangnya tinggi badan
  • Nyeri punggung


Bagaimana diagnosisnya ?
  • Bone Mineral Density (BMD), merupakan pemeriksaan untuk mengukur densitas / kepadatan mineral dalam tulang dengan sinar X khusus, CT Scan atau ultrasonografi. Informasi ini menunjukkan kepadatan tulang saat pemeriksaan dilakukan. BMD tidak dapat memprediksi densitas tulang pada masa yang akan datang.
  • Pemeriksaan Laboratorium : Penanda Biokimia Tulang, pemeriksaan ini menggunakan sampel darah, mewakili proses reformasi tulang, sehingga memberikan informasi mengenai ketidakseimbangan potensial antara pembentukan dan resorpsi tulang. Risiko tulang patah / retak sebagai dampak osteoporosis ternyata tidak selalu berhubungan dengan penurunan nilai BMD, sehingga dibutuhkan kombinasi dengan pemeriksaan penanda tulang yang lebih baik.
  • N-MID Osteocalcin, untuk menilai pembentukkan tulang. N-MID Osteocalcin adalah salah satu bagian osteocalcin, yakni protein yang diproduksi oleh osteoblas. Osteoblas merupakan sel yang berperan dalam pembentukkan tulang, karena itu kadar osteocalcin menunjukkan juga aktivitas osteoblas yakni pembentukan tulang.
  • CTx (C-Telopeptide), untuk menilai resorpsi / pembongkaran tulang juga untuk menilai respon terhadap obat antiresorpsi.

Pengobatan yang dilakukan
  • Terapi hormon, terapi ini membantu untuk mencegah kehilangan tulang dan patah tulang dan kepadatan tulang meningkat.
  • Obat - obatan

Pencegahan yang dapat dilakukan
  • Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengonsumsi kalsium yang cukup
  • Melakukan olah raga dengan beban
  • Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)


Dampak yang ditimbulkan oleh Osteoporosis
Kekuatan tulang akan menurun dan risiko patah tulang meningkat


Sumber : http://kamuskesehatan.com/arti/kepadatan-mineral-tulang/
               http://prodia.co.id/penyakit-dan-diagnosa/osteoporosis

Sabtu, 01 Februari 2014

Tes Mamografi "HARUS"

Jika Anda berusia di bawah 40 tahun dan tidak memiliki riwayat kanker payudara di keluarga, ternyata Anda belum perlu melakukan tes mamografi. Mengapa?

Payudara Anda masih relatif padat, yang akan mempersulit pelacakan massa payudara pada tes mamografi. Semakin muda usia Anda, sinar pada alat tersebut dapat meningkatkan risiko Anda terkena kanker.

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sejauh ini belum terbukti bisa menyelamatkan jiwa. Tapi paling tidak, Anda bisa mendeteksi benjolan pada payudara. Bila usia 20-30an, Anda bisa melakukan tes ultrasonografi, untuk mendeteksi apakah ada sel-sel kanker pada payudara Anda.

Namun, bila umur Anda di bawah 40 tahun, dan ibu atau saudara perempuan Anda mengidap kanker payudara, segera lakukan tes mamografi. Jika ibu Anda dinyatakan mengidap kanker di usia 45 tahun, mulailah tes di umur 35 tahun. Tanyakan dokter tentang pencitraan MRI (Magnetic Resonance Imaging), yang bisa jadi pilihan oke untuk mereka yang berisiko tinggi.

Pertimbangkan pula melakukan tes genetik. Sebelumnya, berkonsultasilah pada dokter spesialis kanker payudara.

Sedangkan bagi Anda berusia 40 tahun atau lebih, lakukan tes mamografi setiap tahun. Tapi, jika Anda masih menyusui, tundalah tes hingga masa menyusui berakhir. Sebab, payudara Anda lebih padat selama menyusui.


Sumber : http://www.parenting.co.id